Rabu, 21 Oktober 2015

Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas

Sistem Kekebalan Tubuh Pada Unggas

Secara umum sistem kekebalan tubuh pada unggas tidak berbeda secara signifikan dengan sistem kekebalan pada manusia maupun mamalia. Unggas mempunyai dua organ limfoid primer, yaitu timus dan bursa Fabricius (BF). Bursa fabricius adalah organ limfoid primer yang berfungsi sebagai tempat pematangan dan diferensiasi bagi sel dari sistem pembentuk antibodi, sehinga sel ini disebut sel B. Bursa Fabricius ini berkembang pada saat ayam masih muda dan akan mengalami atropi pada saat unggas dewasa. Disamping itu bursa juga berfungsi sebagai organ limfoid sekunder . Anak ayam yang baru menetas memiliki antibodi asal induk yang diturunkan dari induknya. Antibodi yang diwariskan oleh induknya akan bertahan pada anaknya sampai beberapa hari setelah menetas.

Timus dan bursa Fabricius (BF) pada ayam, Bursa fabricius adalah organ limfoid primer yang berfungsi sebagai tempat pematangan dan diferensiasi bagi sel dari sistem pembentuk antibodi, sehinga sel ini disebut sel B. Bursa Fabricius ini berkembang pada saat ayam masih muda dan akan mengalami atropi pada saat unggas dewasa.
Timus dan bursa Fabricius (BF) pada ayam

Antibodi pada unggas

Bibit penyakit atau antigen yang masuk ke dalam tubuh pertama kali akan dijerat sehingga dapat diketahui sebagai protein asing. Materi yang telah diketahui sebagai protein asing, kemudian oleh makrofag disampaikan ke sel limfosit melalui pembentukan berbagai sitokin ke sistem pembentuk antibodi atau ke sistem kebal berperantara sel. Sistem kebal ini akan menyimpan memori tentang kejadian ini sehingga pada bila ada bibit penyakit berikutnya dengan antigen yang sama, tanggapannya akan jauh lebih cepat dan lebih efisien .

Cara kerja antibodi pada unggas

Antibodi bekerja melalui dua cara yang berbeda untuk mempertahankan tubuh terhadap agen penyebab penyakit yaitu :

  • dengan cara langsung menginaktivasi agen penyebab penyakit,
  • dengan mengaktifkan sistem komplemen yang kemudian akan menghancurkan agen penyakit tersebut.



Sistem kekebalan pada unggas (avian immune system) terdiri atas T-lymphocytes yang merupakan komponen kekebalan seluler dan B-lymphocytes yang merupakan komponen kekebalan humoral . Cell Mediated Immunity (CMI) adalah sistem kekebalan (antibodi yang independent), dibawah kontrol thymus . CMI memberikan respon kekebalan awal saat infeksi, dan dapat dideteksi lebih awal pada 2-3 hari setelah vaksinasi dengan live vaccines . Humoral Mediated Immunity (Kekebalan Humoral) merupakan pertahanan menengah oleh sistem kekebalan seluler, yaitu (B-lymphocyte) dibawah kontrol bursa fabrisius. B-lymphocyte diaktifkan menjadi sel plasma (plasma cells) dan disekresikan dalam darah dan derivatnya dengan menghasilkan immunoglobulin IgM dan IgG. IgM dan IgG tersusun dalam proses perkembangan respon kekebalan humoral .

Sistem Pencernaan pada Ayam


SISTEM PENCERNAAN
Sistem pencernaan terdiri dari seluran pencernaan dan organ asosori. Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan dunia luar dengan dunia dalam tubuh hewan, yaitu proses metamolik di dalam tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari 11 bagian antara lain:
1.      Mulut
2.      Esophagus (Kerongkongan)
3.      Crop (Tembolok)
4.      Proventriculus (Lambung kelenjar)
5.      Gizzard (Empedal)
6.      Duodenum
7.      Usus halus (Small Intestine)
8.      Ceca (Usus Buntu)
9.      Rectum (Usus Besar)
10.  Kloaka
11.  Vent (Anus)
Sementara organ pencernaan tambahan terdiri dari 2 bagian antara lain:
1.      Pangkreas
2.      Hati

Fungsi Dari Masing-Masing Organ Diatas Antara Lain:
1.      Mulut
Mulut ayam tidak memiliki lidah, pipi, dan gigi. Langit-langitnya lunak, tetapi memiliki rahang atas dan bawah yang menulang untuk menutup mulut. Rahang atas melekat pada tulang tengkorak dan yang bawah bergantung. Langit-langit kertas dibagi oleh celah sempit yang panjang di bagian tengah yang terbuka ke bagian saluran nasal. Lubang ini dan tidak adanya langit-langit lunak menjadikan tidak mungkin bagi burung untuk melakukan penghampaan untuk menghisap air ke dalam mulut. Burung harus menyeduk air ke atas bila minum dan membiarkannya turun kerongkongan oleh adanya gaya gravitasi.
Kedua rahang berhubungan sebagai paruh. Lidah berbentuk seperti pisau yang memiliki permukaan kasar di bagian belakang untuk membantu mendorong makanan ke esophagus. Seliva dengan enzim amilase disekresikan oleh kelenjer di mulut. Namun, pakan melalui mulut lajunya terlalu cepat sehingga sedikit terjadi perubahan pada pencernaan di sini.
2.      Esophagus
Esophagus sering disebut juga kerongkongan yang berupa pipa tempat pakan, melalui saluran ini dari bagian belakang mulut (pharynx) ke proventrikulus. Bagian dalam kerongkngan terdapat kelenjar mukosa yang berfungsi membasah makanan sehngga makanan menjadi licin. Pada dinding kerongkongan terdapat otot-otot yang mengatur gerakan peristaltic, yaitu gerak meremas-remas makanan yang berbentuk gumpalan-gumpalan untuk didorong masuk ke proventrikulus.
3.      Crop (tembolok)
Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian yang melebar di salah satu sisinya menjadi kantong yang di kenal sebagai crop (tembolok). Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan. Sedikit atau bahkan tidak ada proses pencernaan di sini, kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang di lanjutkan aktivitasnya di tembolok.
4.      Proventriculus
Proventriculus adalah suatu pelebaran dari kerongkongan sebelum berhubungan dengan gizzard (empedal). Kadang-kadang di sebut glandula stomach atau true stomach. Di sini, gastric juice di produksi. Pepsin, suatu enzim untuk membantu pencernaan protein, dan hidrocoloric acid di sekresi oleh glandular cell. Oleh karena pakan berlalu cepat melalui proventriculus maka tidak ada pencernaan material pakan di sini. Akan tetapi, sekresi enzim mengalir kedalam gizzard sehingga dapat bekerja di sini.
5.      Gizzard (empedal)
Gizzard sering kali juga disebut muscular stomach (perut otot). Lokasinya berada di antara ventrikulus dan bagian atas usus halus. Gizzard memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat. Mukosa permukaan gizzard sangat tebal, tetapi secara tetap tererosi. Reruntuhan gizzard tertinggal bila kosong, tetapi bila pakan masuk, otot berkontraksi. Partikel pakan yang lebih besar menyebabkan kontraksi juga semakin cepat. Biasanya, gizzard mengandung material yang bersifat menggiling, seperti grit, karang dan batu kerikil. Partikel pakan segera digiling menjadi partikel kecil yang mampu melalui saluran usus. Material halus akan masuk gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit, tetapi pakan berupa meterial kasar akan tinggal di gizzard untuk beberapa jam.
6.      Usus halus (small intestine)
Usus halus merupakan organ utama tmpat berlangsungnya pencernaan dan absorpsi produk pencernaan. Berbagai enzim yang masuk ke dalam saluran pencernaan ini berfungsi mempercepat dan mangefisiensikan pemecahan karbohidrat, protein, dan lemak untuk mempermudah proses absorpsi.
Pada ayam dewasa, panjang usus halus sekitar 62 inci atau 1,5 m. Secara anatomis, usus halus di bagi menjadi tiga bagian, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum.
·         Duodenum(12 jari)
-          Bermula dari ujung distal gizzard
-          Berbentuk kelokan, disebut duodenal loop
-          Bermuara 2 saluran yaitu dari pancreas dan kantong empedu.
1.      kantong empedu
      berisi empedu,yang dihasilkan oleh hati dan berguna untuk mengemulsikan lemak.
2.      pankreas menempel pada kelokan ini mengsekresikan pankreatik
      juice yang mengandung enzim:
      Amilase :mengubah tepung jadi gula
      Tripsin   : mengubah protein jadi peptide
      Lipase    : mengubah trigleserid/lemak:asam lemak+ gliserol
·         Jejenum dan Ilium
-          Merupakan segmen yang sulit dibedakan pada saluran pencernakan ayam.Ada beberapa  ahli yang menebut kedua segmen tsb disebut usus halus bagian bawah
-          Langsung berbatasan dengan usus besar.
·         Jejenum (Usus kosong )
-          Makanan mengalami pencernakan kimiawi oleh enzim yang dihasilkan didindig usus. Enzim-enzim yang dihasilkan dinding usus sebagai berikut :
1.      Enterokinase : fungsi, mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pankreas.
2.      Erepsin: mengubah dipeptida/peptone  menjadi asam amino
3.      Maltase: mengubah maltosa menjadi glukosa
4.      Disakarase: mengubah disakarosa menjadi monosakarida
5.      Peptidase: mengubah polipeptida menjadi asam amino
6.      Sukrase: mencerna sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
7.      Lipase: mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak.
·         Ilium = Usus penyerapan
Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak lipatan/lekukan yang disebut vili atau jonjot usus. Vili berfungsi memperluas permukaan usus sebagai proses penyerapan zat makanan akan lebih sempurna. Setiap vilus mengandung pembuluh limfa yang di sebut lacteal dan pembuluh kapiler.
7.      Ceca (usus buntu)
Diantara usus halus dan usus besar, terdapat dua kantong yang disebut sebagai ceca(usus buntu). Dalam keadaan normal, panjang setiap ceca cekitar 6 inci atau 15 cm. Pada unggas dewasa yang sehat, ceca berisi pakan lembut yang keluar-masuk. Akan tetapi, tidak ada bukti mengenai peran serta dalam pencernaan. Hanya sedikit air terserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan beberapa bakteri.

8.      Usus besar
  • Panjang usus besar sekitar 10 cm dan diameternya dua kali usus halus, hal ini dapat dilihat pada ayam dewasa
  • Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus dan kloaka
  • Berfungsi mengatur kadar air sisa makanan. didalam usus besar terdapat bakteri Esecherichia coli yang membusukan sisa-sisa makanan menjadi feses. Pembusukan menyebabkan feses lunak dan mudah di keluarkan.
  • Bagian akhir usus besar (rectum) tidak terjadi lagi penyerapan air. Rectum dapat berkontraksi sehingga menimbulkan terjadinya defekasi yaitu pengeluaran zat-zat sisa makanan melalui anus.
9.      Kloaka
·         Kloaka sering disebut common sewer yaitu saluran umum tempat saluran pencernaan, saluran reproduksi dan saluran kencing bermuara.
·         Air kencing yang sebagian besar merupakan endapan asam urat (dalam bentuk pasta berwarna putih) dikeluarkan melalui kloaka bersama sisa pencernaan atau tinja.
·         Kloaka berbentuk bulat terletak pada akhir saluran pencernaan.
10.  Vent
Vent (anus) adalah lubang bagian luar dari cloaca. Pada ayam betina, ukurannya sangat bervariasi karena di pengaruhi oleh masa produksi atau tidak. Ketika bertelur, ukuran vent lebih besar dari pada tidak berproduksi.
11.  Organ pencernaan tambahan
Organ-organ tertentu berkaitan erat dengan pencernaan sebagai saluran sekresi ke dalam saluran pencernaan. Fungsinya membantu dalam pemprosesan pakan organ tersebut yaitu pangkreas, lever, kantong empedu.
a.      Pangkreas
Pangkreas terletak di antara duodenal loop pada usus halus. Pangkreas merupakan suatu kelenjer yang berfungsi sebagai kelenjer endokrin maupun sebagai kelenjer eksokrin. Sebagai kelenjer endokrin, pangkreas mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sementara sebagai kelenjer eksokrin, pangkreas mensekrsikan cairan yang diperlukan sebagai proses pencernaan di dalam usus halus, yaitu pencreatic juice. Cairan ini selanjutnya mengalir kedalam duodenum melalui pancreatic duct (saluran pangkreas), dimana lima enzim yang kuat membantu pencernaan pati, lemak, dan protein.
Beberapa enzim dari pangkreas di simpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif dan menjadi aktif pada saat berada di saluran pencernaan. Tripsinogen adalah enzim proteolitikyang di aktifkan di dalam usus halus oleh enterokinase, suatu enzim yang di sekresikan dari mukosa usus. Tripsinogen di aktifkan menjadi tripsin. Kemudian, tripsin akan mengaktifkan kimotripsinogenmenjadi kimotripsin. Enzim yang lainnya-nuklease, lipase dan amilase-disekresikan dalam bentuk aktif. Beberapa enzimmembutuhkan kondisi lingkungan optimal untuk dapat berfungsi.
b.      Liver (hati)
Dari perut dan usus halus, sebagian besar pakan yang diserap masuk ke dalam vena portal menuju hati, suatu kelenjar terbesar kedalam tubuh. Hati tersusun dari dua lobi besar.
Fungsi fisiologi hati sebagai beriku:
1.      Sekresi empedu.
2.      Detoksifikasi persenyawaan racun bagi tubuh.
3.      Metabolisme protein, karbohidrat, dan lipida.
4.      Penyimpan vitamin.
5.      Penyimpan karbohidrat.
6.      Destruksi sel-sel darah merah.
7.      Pembentukan protein plasma.
8.      Inaktifasi hormon polipeptida.
Fungsi utama hati dalam pencernaan dan absorpsi adalah produksi empedu. Empedu penting dalam proses penyerapan lemak pakan dan ekskresi limbah produk, seperti kolesterol dan hasil sampingan degradasi hemoglobin. Warna kehijauan empedu disebabkan karena produk akhir destruksi sel darah merah, yaitu biliverdin dan dilirubin.
Volume empedu tergantung pada.
1.      Aliran darah
2.      Status nutrisi unggas
3.      Tipe pakan yang dikonsumsi
4.      Sirkulasi empedu enterohepatic.
c.       Kantong empedu (gallblader)
Ayam memiliki kantong empedu tetapi beberapa jenis burung tidak. Dua saluran empedu mentransfer empedu dari hati ke usus. Saluran kanan kantong empedu terbentuk melebar, dimana sebagian besar empedu mengalir dan kadang-kadang di tampung. Sementara pada seluran sebelah kiri tidak melebar. Oleh karena itu, hanya sedikit empedu yang mengalir melelui bagian ini secara langsung ke usus
Link kopy dari BLOG PENCERNAAN AYAM

RUMINANSIA

 Sistem Pencernaan Pada Hewan Ruminansia - Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi, kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain.

Perbedaan sistem pencernaan makanan pada hewan mammalia, tampak pada struktur gigi, yaitu terdapat geraham belakang (molar) yang besar, berfungsi untuk mengunyah rerumputan yang sulit dicerna. Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:

3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah

Keterangan:
I = insisivus = gigi seri
C = kaninus = gigi taring
P = premolar = gerahamdepan
M = molar = geraham belakang

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.

Gambar: Susunan gigi ruminansia
Advertisements

Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek. Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (mernbesar). Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm.

Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut. Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang akan dimamah kembali (kedua kah). Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian.

Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.

Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter berkontraksi. Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali.

Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim
Advertisement

Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.

Sistem pencernaan pada ruminansia
Gambar: Sistem pencernaan pada ruminansia
Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan kembali. Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan dicernakan lagi oleh kelinci. Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).

Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencernaselulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.

Di samping itu, pada hewan mamalia terdapat modifikasi lambung yang dibedakan menjadi 4 bagian, yaitu: rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam).

Pencernaan Karbohidrat

Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur dengan ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan ruminansia sama sekali tidak mengandung ptyalin). Ptialin mencerna pati menjadi maltosa dan dekstrin.

Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung. Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.

Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk membentuk asam-asam lemak terbang. Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B. Tidak ada enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis mikrobial.

Amilase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus (duodenum) yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan maltosa. Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna pula karbohidrat. Enzim-enzim tersebut adalah:
1. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
2. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
3. Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.RUMINANSIA

Makalah Perkandangan

TUGAS KELOMPOK
PRODUKSI TERNAK UNGGAS












Disusun oleh :
KELOMPOK : I B
Burhan Aminuddin                             23010113120050
Muhammad Fajar Mahardhika         23010113120056
Rizkiyatul Mufidah                             23010113120068
Maemonah                                            23010113120070
Dhimas Puspitasari                              23010113120080











PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Peternakan  itik petelur merupakan usaha kegiatan memelihara   bebek dengan tujuan  ekonomi menghasilkan telur. Pemeliharaan ternak itik petelur adalah usaha yang memilki tujuan untuk peningkatan atau kemajuan dalam usaha dana pemenuhan kebutuhan  protein hewani  dari telur yang terus meningkat untuk itu perlu ditingkattkan  melalui efisiensi produktivitasnya. Efisiensi produksi peternakan sangat bergantung kondisi ternak, lingkungan tempat hidup ternak (perkandangan), ketersediaan pakan dan manajemen. Kondisi ternak dan lingkungan sangat bersar pengaruhnya dalam produktivitasnya walaupun manjemen dan pakan juga penting. Hal ini karena lingkungan tempat hidup terutama sistem perkandangan di daerah tropis yang tidak bisa konstan, untuk itu perlu diperhatikan kondisi fisik ternak dan lingkungan yang cocok untuk produktivitasnya.
Tujuan dari  Study kasus  terutama ini mengetahui dan mengamati fisiologis lingkungan  terutama perkandang pada ternak.  Manfaat dari praktikum ini adalah  mahasiswa mampu mengetahui kondisi  lingkungan dan perkandangan yang  baik utuk  produktivitas  itik petelur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.             Itik
Itik merupakan salah satu jenis unggas yang sudah di domestikasi menjadi itik lokal  atau hewan ternak untuk tujuan tertertu salha satunya itik petelur. Itik petelur  berada di Indonesia yang berasal dari itik Indian Runner. Itik ini  merupakan itik petelur meyebar dari jawa terutama Jawa Tengah yang dibudiyakan sebagai itik petelur (Suharno dan Amri, 2011).  Itik    merupakan hewan memilki sifat aquatik dan omnivorus yaitu pemakan segalanya.  Keunggulan Itik petelur dibandingkan ternak unggas petelur lainya yaitu  mampu menghasilkan produksi telur dengan waktu yang cukup  lama dibandingkan unggas lain, tingkat mortalitas itik lebih kecil sehingga menguntungkan. Salah satu itik yang sering dibudidayakan adalah itik tegal dan mojosari karena produksi telur tinggi sekitar 250 butir /tahun dengan pemeliharan intensif.  Ciri-ciri  itik petelur  secara umum memilki tubuh ramping, berdiri hampir tegak seperti botol dan lincah.
1.2.              Aspek perkandangan
Aspek perkandangan  salah satu aspek yang sangat berpengaruh pada produktivitas ternak, karena perkandangan merupakan aspek fisik  yang perlu diperhatikan untuk mempermudah pengelolaan dan pemeliharaan ternak. Perkandangan merupakan tempat atau lahan atau lokasi yang digunakan sebagai segala aktivitas peternakan yang di dalamnya terdapat kandang dan banguan serta alat- alat penujang kegitan peternakan (Putra, 2009).   
1.2.1.      Kandang
Kandang adalah tempat hidup ternak untuk  berlindung, beristirahat dan juga merupakan tempat untuk melakuakan aktivitas seperti bertelur bagi itik.  Salah satu kandang dengan sistem pemeliharan intensif yang baik  adalah  kandang kering .  Kandang yang hanya menyediakan air untuk aktifitas mencuci muka dan minum.  Kelebihan dari kandang kering adalah untuk meminimalisasi bau kotoran itik. Kontruksi   dan bahan kadang juga perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh secara langsung terhadap  iklim  dalam kandang.  Bahan yang  dipilih harus sesuai dengan daerah peternakan atau lokasi karena  Indonesia merupaka daerah beriklim tropis yang kondisinya tidak stabil   dimana daratan rendah memiliki suhu yang sangat tinggi dan angin yang kencang dan didaratan tinggi memilki kelembaban yang tinggi dan suhu yang rendah.  Bahan kontruksi untuk kandang daratan rendah harus  berbahan yang tidak mudah menyerap panas. Konstruksi  dinding kandang   yang baik untuk dareaha tropis biasanya dibuat dengan ukuran setengah terbuka sehingga  sirkulasi atau pertukaran udara lancar. Sirkulasi udara yang lancar di dalam kandang dapat mengurangi cekaman panas, kelembaban, dan polusi amonia  Atap kandang  terbuat dari genting atau asbes yang memberikan keteduhan bagi ternak sehingga tidak terlalu panas ketika terkena sinar matahari dan dingin ketika hujan.
1.2.2.      Perlengkapan kandang  
Kandang yang baik harus dilengkapai dengan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan peternakan yang sifatnya mempermudah peternakan untuk mengelola peternakan. Falisitas yang harus ada yaitu sumber listrik untuk penerangan dan membantu mempermudah penggunaan alat-alat yang memerlukan sumber listrik. Selain itu  sumber air bersih yang sangat penting untuk menjalan kegiatan peternakan  karena iar berfungsi sebagai suamber air minum ternak dan membantu mempermudah  sanitasi  di kandang. Tempat air  minum dan makan  juga sangat penting  karena mempermudah pengaturan pemberian pakan pada ternak agar pakan  dan minum yang diberikan  tidak mudah tercecer (Suharno dan Amri, 2011).

1.2.3.      Lingkungan kandang
Lingkungan perkandangan  itik  petelur sedang dalam fase  produksi telur sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak karena kesehatan ternak dan produk atau hasil ternak dipengaruhi oleh lingkungan,  ternak yang tidak sehat akibat terserang penyakit akibat lingkungan yang kurang baik dapat menyebabkan produksi telur  menurun atau  telur yang dihasilkan berkualitas  jelek   akibat  lingkungan  yang tidak mendukung
Lokasi kandang harus jauh dari pemukiman yang padat tetapi mudah dijangkau oleh kendaraan. Lingkungan yang padat dan bising dapat menyebabkan ternak mengalami stress selain itu stres  pada ternak dapat disebabkan oleh perubahan cuaca, makanan, , suara keras yang mendadak dan faktor lingkungan lain yang sifatnya tiba-tiba. Gangguan-gangguan yang sifatnya tiba-tiba  secara langsung dapat menurunkan produksi telur, karena itik cenderung untuk menahan telurnya dalam alat reproduksi bila terjadi stres, selain itu   ternak  sulit dikendalikan, mudah ketakutan dan tidak mau makan (Suharno dan Amri, 2011).  Keadaan lingkungan sekitar  kandang juga berpengaruh  terhadap iklim mikro  pada kandang  salah satunya adanya naungan disekitar kandang yaitu pohon dapat membantu untuk mengurangi intensitas radiasi matahari sehingga dapat mengurangi  suhu lingkungan kandang  yang dapat meyebabkan cekaman panas pada tubuh ternak  di siang hari .





BAB II
ISI
2.1.  Profil Peternakan
Peternakan itik yang dievaluasi adalah peternakan itik  milik bapak Slamet Utomo yang beralamat di daerah pesisir  pantai Tambak lorot  kota Semarang Jawa Tengah. Itik tersebut dipelihara sejak  fase stater yaitu umur 0- 1minggu.   Usaha   yang dimiliki  selain peternakan itik  petelur  juga memilki usaha lain yaitu usaha  peternakan itik pedaging dan produksi pembuatan  pakan itik yaitu tepung ikan.  Jumlah itik yang dipelihara sebanyak 300 ekor itik petelur yang sudah dalam fase produksi dengan umur kurang lebih satu  tahun atau 50 minggu.  Itik yang dipelihara merupakan itik petelur mojosari dan  itik tegal  yang di suplai dari peternakan di daerah Purwodadi Jawa Tengah
2.2. Evaluasi Perkandangan
             Lokasi kandang yang digunakan  terletak di lokasi yang strategis karena berda didaerah yang mudah  atau dekat dengan sumber air, kandang sangat terjankau karena mudah transportasi untuk menuju lokasi, akan tetapi kandang tersebutjuga memiliki sisi negatif yaitu lokasi kandang tetlau dekat dengan pemukiman yang sangat padat penduduk, hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi ternak terutama produksinya karena itik sangat sentisitif terhadap kondisi lingkungan terutama  yang sifatnya gaduh dan bising.  Hal ini tidak sesuai   lokasi Peternakan atau kandang yang baik menurut Suharno dan Amri ( 2011) yang menyatakan  lokasi kandang harus jauh dari pemukiman yang padat tetapi mudah dijangkau oleh kendaraan. Lingkungan yang padat dan bising dapat menyebabkan ternak mengalami stress selain itu stres  pada ternak dapat disebabkan oleh perubahan cuaca, makanan, suara keras yang mendadak dan faktor lingkungan lain yang sifatnya tiba-tiba. Gangguan-gangguan yang sifatnya tiba-tiba  secara langsung dapat menurunkan produksi telur, karena itik cenderung untuk menahan telurnya dalam alat reproduksi bila terjadi stres, selain itu   ternak  sulit dikendalikan, mudah ketakutan dan tidak mau makan.
Lingkungan sekitar kandang selain tidak boleh dekat dengan pemukiman juga harus  sesuai dengan kebutuhan ternak dan mendukung kondisi fisik kandang yang baik utuk ternak. Keadaan lingkungan sekitar  kandang juga berpengaruh  terhadap iklim mikro  pada kandang  salah satunya adanya naungan disekitar kandang yaitu pohon dapat membantu untuk mengurangi intensitas radiasi matahari sehingga dapat mengurangi  suhu lingkungan kandang  yang dapat meyebabkan cekaman panas pada tubuh ternak  di siang hari.
 Kandang yang digunakan pada peternakan itik milik bapak Slamet merupakan kandang sifatnya kering dengan pola pemiliharaan intensif. Kandang tersebut  merupakan kandang dengan kontruksi dari bahan bambu dan kayu serta papan,  lantai kandang berupa tanah, atap berbahan genting dari tanah liat, dengan tipe atap  gable atau tipe A. Dinding kandang berasal dari bahan bambu dengan  setengah bagian  rapat dan  setengahnya  terbuka dengan penutup berupa terpal. Penggunaan  kontrusksi kandang  termasuk  baik karena penggunaan penutup terpal  dapat mengurangi dan mengontrol angin yang masuk ke dalam kandang ketika siangan dan malam. Konstruksi  kandang  yang digaunakan termasuk baik karena dibuat dengan ukuran setengah terbuka sehingga  sirkulasi atau pertukaran udara lancar. Sirkulasi udara yang lancar di dalam kandang dapat mengurangi cekaman panas, kelembaban, dan polusi amonia.   Atap kandang yang digunakan cukup baik  karena terbuat dari genting yang memberikan keteduhan bagi ternak sehingga tidak terlalu panas ketika terkena sinar matahari dan dingin ketika hujan.
Lantai kandang yang digunakan berasal dari tanah hal ini sebenarnya kurang  sesuai untuk ternak yang sifatnya aquatik  karena itik suka dengan air dan ekskretanya bersifat basah  sehingga  penggunaan tanah ssebagai lantai kandang kurang bagus karena sifat tanah yang mudah basah akibat tumpahan air dan ekskreta itik  sehingga menyebabakan  suhu  turun dan kelembaban tinggi. Suhu dan kelembaban udara merupakan dua faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi telur itik, karena dapat menyebabkan perubahan keseimbangan panas dalam tubuh ternak, keseimbangan air, keseimbangan energi, keseimbangan tingkah laku ternak. Lantai  yang terlalu lembab dapat mempengaruhi suhu disekitarnya, kelembaban dapat mempengaruhi penyerapan zat amoniak yang dihasilkan dari kotoran itik, kandungan amoniak yang tinggi mengganggu itik dalam pengambilan oksigen, sehingga mengganggu metabolisme, penurunan konsentrasi hormon dalam darah, yang akibatnya berpengaruh pada tingkat produksi telur. lantai kandang dapat basah oleh tumpahan air minun.
Ukuran kandang  yang digunakan untuk kandang petelur milik bapak Slamet memiliki  luas 125 m2 dengan lebar 5 m danpanjang 5 m. Berdasarkan  ukuran tersebut kandang bapak Slamet milki kepadatan 2 – 3 ekor/m2. Hal in termasuk kandang yang baik karena tidak melebihi kapasitas atau kepadatan kandang bebek  yang seharunya yaitu 4-5 ekor/m2. Kepadatan kandang sangat mempengaruhi kondisi ternak karena semakin padat ternak dalam kandang  dapat meneyebabkan terngganggu itik  dalam proses pengambilan oksigen  dan kondisi  suhu kandang dapat meningkat  dan terngganggu itik  dalam proses pengambilan oksigen sehingga sirkulasi udara didalam kandang menjadi terganggu.

 Pelengkapan  penunjang    yang sangat penting   dalam perkandangan harus tersedia. Berdasarkan hasil pengamatan kandang miliki bapak Slamet  sudah termsuk standar yang baik karena dilengkapi  dengan tempat pakan dan minum, tempat, penyimpanan  pakan, saluran irigasi dan sanitasi peruba selokan, penampungan air dan lampu penerangan. Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandang agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang.




BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN



DAFTAR PUSTAKA
Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus Pemerahan Susu Sapi Moeria Kudus Jawa Tengah). Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang. (Tesis)
Suharno, B. Dan K. Amri. 2010. Panduan Beternak Itik Secara Intensif. Panebar Swadaya. Jakarta
Sari, O., B. Priyono dan  N. R. Utami. 2012. Suhu, kelembaban, serta produksi telur itik pada kandang tipe litter dan slat. Unnes Journal of Life Science 1(2) : 94-100